Jakarta, 24 Maret 2020 – Pada 26 Maret 2021 lalu, POP TB Indonesia berhasil menyelenggarakan event dalam menyambut Hari TB Sedunia 2021, yakni lomba film pendek TBC-COVID #TBCmasihada.
COVID-19 menyerap perhatian para tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan dunia, sehingga penyakit penting lain banyak yang terabaikan, salah satunya adalah Tuberkulosis atau biasa kita kenal dengan TBC, penyakit menular mematikan No. 1 di dunia (WHO). Atas dasar itu POP TB Indonesia mengadakan Lomba Film Pendek TBC dan COVID-19 dengan tema “Dampak pandemi COVID-19 terhadap kehidupan pasien TBC” untuk membangun kesadaran masyarakat mengenai TBC, karena pandemi COVID-19 tidak menghapus fakta bahwa #TBCmasihada.
Lomba film pendek ini diadakan oleh POP TB Indonesia yang didukung oleh Stop TB Partnership Indonesia, dengan total hadiah 20 Juta rupiah, lomba ini telah berhasil menarik perhatian lebih dari 70 peserta dari seluruh Indonesia. Dari 70+ peserta, hanya 60 peserta saja yang lolos kurasi. Antusiasme peserta sangat tinggi hingga waktu pengiriman lomba harus diperpanjang yang sebelumnya 10 Maret 2021 menjadi 13 Maret 2021. Dan pengumuman yang sebelumnya tanggal 24 Maret bertepatan dengan Hari TB Sedunia, menjadi tanggal 26 Maret 2021.
Tim penilai terdiri dari 4 orang yang mewakili masing-masing bidang. Yang pertama dr. Endang Lukitosari mewakili Kementerian Kesehatan, lalu ada Ibu Ani Hernasari mewakili penyintas TBC, lalu ada Derderjeder mewakili Professional Multimedia dan Mba Diniati mewakili Stop TB Partnership Indonesia. Peserta yang antusias dan memiliki keunikan masing-masing membuat juri cukup kelabakan sehingga membutuhkan waktu lebih saat penilaian.
“Ini bagus banget sih menurut gue ya dengan adanya lomba ini tuh, gue merasa kaya para penderita TBC jadi lebih merasa lebih di perhatikan.. yang tadinya gara gara COVID mereka di kesampingka, dengan festival film ini jadi ada wadah untuk menyampaikan aspirasi gitu” ujar Derderjeder. Tema lomba ini dipilih bukan tanpa alasan, karena selama pandemi COVID-19 ini, layanan TBC dan terutama pasien TBC sangat terdampak.
Sulitnya akses ke layanan kesehatan akibat penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), Alat Pelindung Diri yang terbatas, dan kekhawatiran pasien akan tertular juga menjadi tantangan bagi layanan dan pasien TBC. Selama pandemi, pasien dan calon pasien enggan untuk pergi ke layanan kesehatan sehingga menyebabkan menurunnya angka deteksi dan laporan kasus hingga -27%. Atas dasar itulah tema TBC-COVID ini dibuat.
“Semua peserta bagus-bagus, sampe bingung milihnya” ujar Ibu Ani, salah satu juri yang mewakili penyintas TBC. Setelah melewati sesi finalisasi pemenang yang memakan waktu diskusi yang cukup panjang, menilai banyak hal, ditentukanlah 3 pemenang final lomba film pendek ini, yakni:
JUARA 3: TBC Mungsuh COVID oleh Zero TB Yogyakarta
Sinopsis:
Gareng sedang sibuk menyelesaikan pekerjaan temannya yang tdak masuk kantor karena harus isoman (isolasi mandiri) akibat keluargany yang terkena COVID. Karenanya, Gareng menganggap COVID sebagai peyakit yang paling berbahaya karena paling banyak menimbulkan kerugian. Namun, Petruk merasa ada penyakit lain yang tak kalah merugikan. Penyakit itu adalah TBC yang diderita temanya. Perdebatan sengit, saling adu argumen terjadi sehingga menimbulkan keributan di antara mereka. Akankah perdebatan mereka berakhir?
JUARA 2: AKSARA oleh Pixto Creative
Sinopsis: Aksara, seorang Jurnalis yang ditugaskan untuk bekerja di Bandung, ia terpaksa meninggalkan teman-teman kantornya di Jakarta. Permasalahan datang ketika penyakit TBC yang diidapnya semakin memburuk. Niken yang memendam rasa kepada Aksara mulai gelisah mendengar kabar tersebut. #TBCmasihada #TOSSTBC #StopTB
JUARA 1: Setan Ghibah oleh Retorika Films
Sinopsis: Kisah seorang pocong yang ingin membantu pasien TBC yang tidak dapat berobat karena pandemi, akankah sang pocong dapat membantu pasien TBC tersebut?